FAKTOR PENYEBAB
DAN PROSES TERJADINYA GANGGUAN JIWA
SKIZOFRENIA SEBAGI BENTUK GANGGUAN JIWA
Skizofrenia merupakan bahasan yang menarik perhatian pada konferensi tahunan “TheAmerican Psychiatric Association/APA” di Miami, Florida, Amerika Serikat, Mei 1995 lalu. Sebab di
AS angka pasien skizofrenia cukup tinggi (lifetime prevalance rates) mencapai 1/100 penduduk.
Sebagai perbandingan, di Indonesia bila pada PJPT I angkanya adalah 1/1000 penduduk maka
proyeksinya pada PJPT II, 3/1000 penduduk, bahkan bisa lebih besar lagi.
Berdasarkan data di AS
(1) Setiap tahun terdapat 300.000 pasien skizofrenia mengalami episode akut;
(2) Prevalensi skizofrenia lebih tinggi dari penyakit Alzheimer, multipel skelosis, pasien diabtes yang
memakai insulin, dan penyakit otot (muscular dystrophy);
(3) 20%-50% pasien skizofrenia melakukan percobaan bunuh diri, dan 10% di antaranya berhasil
(mati bunuh diri);
(4) angka kematian pasien skizofrenia 8 kali lebih tinggi dari angka kematian penduduk pada
umumnya.
FAKTOR PENYEBAB SKIZOFRENIA
Hingga sekarang belum ditemukan penyebab (etilogi) yang pasti mengapa seseorangmenderita skizofrenia, padahal orang lain tidak. Ternyata dari penelitian-penelitian yang telah
dilakukan tidak ditemukan faktor tunggal. Penyebab skizofrenia menurut penelitian mutakhir antara
lain :
1. Faktor genetik;
2. Virus;
3. Auto antibody;
4. Malnutrisi.
Sejauh manakah peran genetik pada skizofrenia ? Dari penelitian diperoleh gambaran sebagai
berikut :
(1) Studi terhadap keluarga menyebutkan pada orang tua 5,6%, saudara kandung 10,1%; anak-anak
12,8%; dan penduduk secara keseluruhan 0,9%.
(2) Studi terhadap orang kembar (twin) menyebutkan pada kembar identik 59,20%; sedangkan
kembar fraternal 15,2%.
Penelitian lain menyebutkan bahwa gangguan pada perkembangan otak janin juga mempunyai
peran bagi timbulnya skizofrenia kelak dikemudian hari. Gangguan ini muncul, misalnya, karena
kekurangan gizi, infeksi, trauma, toksin dan kelainan hormonal.
Penelitian mutakhir menyebutkan bahwa meskipuna ada gen yang abnormal, skizofrenia tidak
akan muncul kecuali disertai faktor-faktor lainnya yang disebut epigenetik faktor.
Kesimpulannya adalah bahwa skizofrenia muncul bila terjadi interaksi antara abnormal gen
dengan :
(a) Virus atau infeksi lain selama kehamilan yang dapat menganggu perkembangan otak janin;
(b) Menurunnya autoimun yang mungkin disebabkan infeksi selama kehamilan;
(c) Komplikasi kandungan; dan
(d) Kekurangan gizi yang cukup berat, terutama pada trimester kehamilan.
Selanjutnya dikemukakan bahwa orang yang sudah mempunyai faktor epigenetik tersebut, bila
mengalami stresor psikososial dalam kehidupannya, maka risikonya lebih besar untuk menderita
skizofrenia dari pada orang yang tidak ada faktor epigenetik sebelumnya.
