1. Melindungi anak secara
berlebihan karena
memanjanya
Hanya memikirkan dirinya sendiri, hanya tidak menuntut saja,
lekas berekcil hati, tidak tahan kekecewaan. Ingin menarik
perhatian kepada dirinya sendiri. Kurang rasa bertanggung
jawab. Cenderung menolak peraturan dan minta dikecualikan.
2. Melindungi anak secara
berlebihan karena sikap
“berkuasa” dan “harus
tunduk saja”
Kurang berani dalam pekerjaan, condong lekas menyerah.
Bersikap pasif dan bergantung kepada orang lain. Ingin menjadi
“anak emas” dan menerima saja segala perintah.
3. Penolakan (anak tidak
disukai)
Merasa gelisah dan diasingkan. Bersikap melawan orang tua
dan mencari bantuan kepada orang lain. Tidak mampu memberi
dan menerima kasih-sayang.
4. Menentukan normanorma
etika dan moral
yang terlalu tinggi
Menilai dirinya dan hal lain juga dengan norma yang terlalu
keras dan tinggi. Sering kaku dan keras dalam pergaulan.
Cenderung menjadi sempurna (“perfectionnism”) dengan cara
yang berlebihan. Lekas merasa bersalah, berdosa dan tidak
berarti.
5. Disiplin yang terlalu keras Menilai dan menuntut dari pada dirinya juga secara terlalu
keras. Agar dapat meneruskan dan menyelesaikan sesuatu
usaha dengan baik, diperlukannya sikap menghargai yang
tinggi dari luar.
6. Disiplin yang tak teratur
atau yang bertentangan
Sikap anak terhadap nilai dan normapun tak teratur. Kurang
tetap dalam menghadapi berbagai persoalan didorong kesana
kemari antara berbagai nilai yang bertentangan.
Perlu diingat bahwa hubungan orangtua-anak selalu merupakan suatu interaksi (saling
mempengaruhi), bukanlah hanya pengaruh satu arah dari orangtua ke anak
7. Masa remaja
Masa remaja dikenal sebagai masa gawat dalam perkembangan kepribadian, sebagai masa “badai
dan stres”. Dalam masa ini inidvidu dihadpai dengan pertumbuhan yang cepat, perubahanperubahan
badaniah dan pematangan sexual. Pada waktu yang sama status sosialnya juga
mengalami perubahan, bila dahulu ia sangat tergantung kepada orangtuanya atau orang lain,
sekarang ia harus belajar berdiri sendiri dan bertanggung jawab yang membawa dengan sendirinya
masalah pernikahan, pekerjaan dan status sosial umum. Kebebasan yang lebih besar membawa
tanggung jawab yang lebih besar pula.
Perubahan-perubahan ini mengakibatkan bawha ia harus mengubah konsep tentang diri sendiri.
Tidak jarang terjadi “krisis identitas” (Erikson, 1950). Ia hasu memantapkan dirinya sebagai
seorang individu yang berkepribadian lepas dari keluarganya, ia harus menyelesaikan masalah
pendidikan, pernikahan dan kehidupan dalam masyarakat. Bila ia tidak dibekali dengan pegangan
hidup yang kuat, maka ia akan mengalami “difusi identitas”, yaitu ia bingung tentang “apakah
sbenarnya ia ini” dan “buat apakah sebebarnya hidup ini”. Sindroma ini disebut juga “anomi”,
remaja itu merasa terombang ambing, terapung-apung dalam hidup ini tanpa tujuan tertentu.
Banyak remaja sebenarnya tidak membernontak, akan tetapi hanya sekedar sedang mencari arti
dirinya sendiri serta pegangan hidup yang berarti bagi mereka. Hal “badai dan stres” bagi kaum
remaja ini sebagian besar berakar pada struktur sosial suatu masyarakat. Ada masyarakat yang
membantu para remaja ini dengan adat-istiadatnya sehingga masa remaja dilalui tanpa gangguan
emosional yang berarti.
Kebanyakan kebutuhan kita hanya dapat diperoleh melalui hubungan dengan orang-orang lain.
Jadi cara kita berhubungan dengan orang lain sangat mempengaruhi kepuasan hidup kita.
Kegagalan untuk mengadakan hubungan antar manusia yang baik mungkin berasal dari dan
mengakibatkan juga kekurang partisipasi dalam kelompok dan kekurangan identifikasi dengan
kelompok dan konformitas (persesuaian) yang berlebihan dengan norma-norma kelompok (seperti
dalam “gang” atau perkumpulan-perkumpulan rahasia para remaja).
Secara garis besar dapat dikatakan bahwa kemampuan utama dalam hidup dan dalam
menyesuaikan diri memerlukan “penerapan” tentang beberapa masalah utama dalam hidup, seperti
pernikahan, ke-orangtua-an, pekerjaan dan hari tua. Di samping kemampuan umum ini dalam
bidang badaniah, emosional, sosial dan intelektual, kita memerlukan persiapan bagi masalah.
Masalah khas yang mungkin sekali akan dihadapi dalam berbagai masa hidup kita.
8. Faktor sosiologik dalam perkembangan yang salah
Alfin Toffler mengemukakan bahwa yang paling berbahaya di zaman modern, di negara-negara
dengan “super-industrialisasi”, ialah kecepatan perubahan dan pergantian yang makin cepat dalam
hal “ke-sementara-an” (“transience”), “ke-baru-an” (“novelty”) dan “ke-aneka-ragaman”
(“diversity”). Dengan demikian individu menerima rangsangan yang berlebihan sehingga
kemungkinan terjadinya kekacuan mental lebih besar. Karena hal ini lebih besar kemungkiannya
dalam masa depan, maka dinamakannya “shok masa depan” (“future shock”).
Telah diketahui bahwa seseorang yang mendadak berada di tengah-tengah kebudayaan asing dapat
mengalami gangguan jiwa karena pengaruh kebudayaan ini yang serba baru dan asing baginya.
Hal ini dinamakan “shock kebudayaan” (“culture shock”).
Seperti seorang inidvidu, suatu masyarakat secara keseluruhan dapat juga berkembang ke arah
yang tidak baik. Hal ini dapat dipengaruhi oleh lingkungan fisik (umpamanya daerah yang dahulu
subur berubah menjadi tandus) ataupun oleh keadaan sosial masyarakat itu sendiri (umpanya
negara dengan pimpinan diktatorial, diskriminasi rasial.religius yang hebat, ketidak-adilan sosial,
dan sebagainya). Hal-hal ini merendahkan daya tahan frustasi seluruh masyarakat (kelompok) dan
menciptakan suasana sosial yang tidak baik sehingga para anggotanya secara perorangan dapat
menjurus ke gangguan mental. Faktor-faktor sosiokultural membentuk, baik macam sikap individu
dan jenis reaksi yang dikembangkannya, maupun jenis stres yang dihadapinya.
9. Genetika :
Menurut Cloninger, 1989 gangguan jiwa; terutama gangguan persepsi sensori dan gangguan
psikotik lainnya erat sekali penyebabnya dengan faktor genetik termasuk di dalamnya saudara
kembar, atau anak hasil adopsi. Individu yang memiliki anggota keluarga yang mengalami
gangguan jiwa memiliki kecenderungan lebih tinggi dibanding dengan orang yang tidak memiliki
faktor herediter.
Individu yang memiliki hubungan sebagai ayah, ibu, saudara atau anak dari klien yang
mengalami gangguan jiwa memiliki kecenderungan 10 %, sedangkan keponakan atau cucu
kejadiannya 2-4 %. Individu yang memiliki hubungan sebagai kembar identik dengan klien yang
mengalami gangguan jiwa memiliki kecenderungan 46-48 %, sedangkan kembar dizygot memiliki
kecenderungan 14-17 %. Faktor genetik tersebut sangat ditunjang dengan pola asuh yang
diwariskan sesuai dengan pengalaman yang dimiliki oleh anggota keluarga klien yang mengalami
gangguan jiwa.
10. Neurobiological
Menurut Konsep Neurobiological gangguan jiwa sangat berkaitan dengan keadaan struktur
otak sebagai berikut :
Abnormalities in the structure of the brain or in its activity in specific locations can cause or
contribute to psychiatric disorders. For example, a communication problem in one small part of
the brain can cause widespread dysfunction. It is also known that the following network of nuclei
that control cognitive, behavioral, and emotional functioning ae particularly implicated in
psychiatric disorders :
The cerebral cortex, which is critical in decision making and higher-order thinking, such as
abstract reasoning.
The limbic system, which is involved in regulating emotional behavior, memory, and learning.
The basal ganglia, some of which coordinate movement
The hypothalamus, which regulates hormones through out the body and behaviors such as
eating, drinking, and sex.
The locus ceruleus, which manufactures neurons, which regulate sleep and are involved with
behavior and mood.
The substantia nigra, dopamine-producing cells involved in the control of complex movement,
thinking, and emotional responses.
Klien yang mengalami gangguan jiwa memiliki ciri-ciri biologis yang khas terutama pada
susunan dan struktur syaraf pusat, biasanya klien mengalami pembesaran ventrikel ke III sebelah
kirinya. Ciri lainnya terutama adalah pada klien yang mengalami Schizofrenia memiliki lobus
frontalis yang lebih kecil dari rata-rata orang yang normal (Andreasen, 1991).
Menurut Candel, Pada klien yang mengalami gangguan jiwa dengan gejala takut serta
paranoid (curiga) memiliki lesi pada daerah Amigdala sedangkan pada klien Schizofrenia yang
memiliki lesi pada area Wernick’s dan area Brocha biasanya disertai dengan Aphasia serta
disorganisasi dalam proses berbicara (Word salad).
Adanya Hiperaktivitas Dopamin pada klien dengan gangguan jiwa seringkali menimbulkan
gejala-gejala Schizofrenia. Menurut hasil penelitian, neurotransmitter tertentu seperti
Norepinephrine pada klien gangguan jiwa memegang peranan dalam proses learning, Memory
reiforcement, Siklus tidur dan bangun, kecemasan, pengaturan aliran darah dan metabolisme.
Neurotransmitter lain berfungsi sebagai penghambat aktivasi dopamin pada proses pergerakan
yaitu GABA.(Gamma Amino Butiric Acid).
Menurut Singgih gangguan mental dan emosi juga bisa disebabkan oleh perkembangan
jaringan otak yang tidak cocok (Aplasia). Kadang-kadang seseorang dilahirkan dengan
perkembangan cortex cerebry yang kurang sekali, atau disebut sebagai otak yang rudimenter
(Rudimentary Brain). Contoh gangguan tersebut terlihat pada Microcephaly yang ditandai oleh
kecilnya tempurung otak.
Adanya trauma pada waktu kelahiran, tumor, Infeksi otak seperti Enchepahlitis Letargica,
gangguan kelenjar endokrin seperti thyroid, keracunan CO (carbon Monoxide)serta perubahanperubahan
karena degenerasi yang mempengaruhi sistem persyarafan pusat.
11. Biokimiawi tubuh
Biochemistry. Several brain chemicals have been implicated in schizophrenia, but research to
date points most strongly the following :
AN excess of the neurotransmitter dopamine.
An imbalance between dopamine and other neurotransmitters, particularly serotonin.
Problems in the dopamine receptor systems several research strategies support the role of
dopamine in schizophrenia. For instance, drugs that increase levels of dopamine in the brain
can produce psychosis. Drugs that reduce dopamine function have antipsychotic effects as
well. This is seen in the antipsychotic drugs that reduce the number of postsynaptic receptors
that interact with dopamine.
Birth Events. Many attempts have been made to study the influences of maternal nutrition,
infection, placental insufficiency, anoxia, hemorrhage, and trauma before at birth as possible
causes of schizophrenia.
12. Neurobehavioral
Kerusakan pada bagian-bagian otak tertentu ternyata memegang peranan pada timbulnya gejalagejala
gangguan jiwa, misalnya:
[1] Kerusakan pada lobus frontalis: menyebabkan kesulitan dalam proses pemecahan masalah dan
perilaku yang mengarah pada tujuan, berfikir abstrak, perhatian dengan manifestasi gangguan
psikomotorik.
[1] Kerusakan pada Basal Gangglia dapat menyebabkan distonia dan tremor
[1] Gangguan pada lobus temporal limbic akan meningkatkan kewaspadaan, distractibility, gangguan
memori (Short time).
13. Stress :
Stress psikososial dan stress perkembangan yang terjadi secara terus menerus dengan koping yang
tidak efektif akan mendukung timbulnya gejala psikotik dengan manifestasi; kemiskinan,
kebodohan, pengangguran, isolasi sosial, dan perasaan kehilangan.
Menurut Singgih (1989:184), beberapa penyebab gangguan mental dapat ditimbulkan sebagai
berikut :
a. Prasangka orang tua yang menetap, penolakan atau shock yang dialami pada masa anak.
b. Ketidak sanggupan memuasakan keinginan dasar dalam pengertian kelakuan yang dapat
diterima umum.
c. Kelelahan yang luar biasa, kecemasan, anxietas, kejemuan
d. Masa-masa perubahan fisiologis yang hebat : Pubertas dan menopause
e. Tekanan-tekanan yang timbul karena keadaan ekonomi, politik dan sosial yang terganggu
f. Keadaan iklim yang mempengaruhi Exhaustion dan Toxema
g. Penyakit kronis misalnya; shifilis, AIDS
h. Trauma kepala dan vertebra
i. Kontaminasi zat toksik
j. Shock emosional yang hebat : ketakutan, kematian tiba-tiba orang yang dicintai.
14. Penyalah gunaan obat-obatan :
Koping yang maladaptif yang digunakan individu untuk menghadapi strsessor melalui obat-obatan
yang memiliki sipat adiksi (efek ketergantungan) seperti Cocaine, amphetamine menyebabkan
gangguan persefsi, gangguan proses berfikir, gangguan motorik dsb.
15. Psikodinamik :
Menurut Sigmund Freud adanya gangguan tugas pekembangan pada masa anak terutama dalam
hal berhubungan dengan orang lain sering menyebabkan frustasi, konflik, dan perasaan takut,
respon orang tua yang maladaptif pada anak akan meningkatkan stress, sedangkan frustasi dan
rasa tidak percaya yang berlangsung terus-menerus dapat menyebabkan regresi dan withdral.
Disamping hal tersebut di atas banyak faktor yang mendukung timbulnya gangguan jiwa yang
merupakan perpaduan dari beberapa aspek yang saling mendukung yang meliputi Biologis,
psikologis, sosial, lingkungan (environmental). Tidak seperti pada penyakit jasmaniah, sebabsebab
gangguan jiwa adalah kompleks. Pada seseorang dapat terjadi penyebab satu atau beberapa
faktor dan biasanya jarang berdiri sendiri. Mengetahui sebab-sebab gangguan jiwa penting untuk
mencegah dan mengobatinya.
Umumnya sebab-sebab gangguan jiwa dibedakan atas :
a. Sebab-sebab jasmaniah/ biologik
b. Sebab-sebab kejiwaan/ psikologik
c. Sebab-sebab yang berdasarkan kebudayaan.
Untuk mengetahui mana penyebab yang asli dan mana yang bukan perlu diketahui dua istilah :
sebab yang memberikan predisposisi adalah faktor yang menyebabkan seseorang menjadi rentan/
peka terhadap suatu gangguan jiwa (genetik, fisik atau latar belakang keluarga/ sosial. Sebab yang
menimbulkan langsung atau pencetus adalah faktor traumatis langsung menyebabkan gangguan
jiwa (kehilangan harta pekerjaan/ kematian, cendera berat, perceraian dan lain-lain.
16. Sebab Biologik
a. Keturunan
Peran yang pasti sebagai penyebab belum jelas, mungkin terbatas dalam mengakibatkan kepekaan
untuk mengalami gangguan jiwa tapi hal tersebut sangat ditunjang dengan faktor lingkungan
kejiwaan yang tidak sehat.
b. Jasmaniah
beberapa penyelidik berpendapat bentuk tubuh seorang berhubungan dengan gangguan jiwa
tertentu, Misalnya yang bertubuh gemuk / endoform cenderung menderita psikosa manik defresif,
sedang yang kurus/ ectoform cenderung menjadi skizofrenia
c. Teperamen
Orang yang terlalu peka/ sensitif biasanya mempunyai masalah kejiwaan dan ketegangan yang
memiliki kecenderungan mengalami gangguan jiwa.
d. Penyakit dan cedera tubuh
Penyakit-penyakit tertentu misalnya penyakit jantung, kanker dan sebagainya, mungkin
menyebabkan merasa murung dan sedih. Demikian pula cedera/cacat tubuh tertentu dapat
menyebabkan rasa rendah diri.
d. Irama sirkardian tubuh
Circadian Rhythms : The recognition that human activities and behaviors such as sleeping, eating,
body temperature, menses, and mood are cyclical and tend to be correlated with certain external
environmental stimuli is not new. Recently, biological research has hypothesized that these body
rhythms are governed by internal circadian pacemakers located in specific areas of the brain and
that they ae subject to change by specific external cues.
17. Sebab Psikologik
Bermacam pengalaman frustasi, kegagalan dan keberhasilan yang dialami akan mewarnai sikap,
kebiasaan dan sifatnya dikemudian hari. Hidup seorang manusia dapat dibagi atas 7 masa dan
pada keadaan tertentu dapat mendukung terjadinya gangguan jiwa.
a. Masa bayi
Yang dimaksud masa bayi adalah menjelang usia 2 th – 3 th. , dasar perkembangan yang dibentuk
pada masa tersebut adalah sosialisasi dan pada masa ini timbul dua masalah yang penting yaitu :
[1] Cara mengasuh bayi
Cinta dan kasih sayang ibu akan memberikan rasa hangat/ aman bagi bayi dan dikemudian hari
menyebabkan kepribadian yang hangat, terbuka dan bersahabat. Sebaliknya, sikap ibu yang dingin
acuh tak acuh bahkan menolak dikemudian hari akan berkembang kepribadian yang bersifat
menolak dan menentang terhadap lingkungan.
[1] Cara memberi makan
Sebaiknya dilakukan dengan tenang, hangat yang akan memberi rasa aman dan dilindungi,
sebaliknya, pemberian yang kaku, keras dan tergesa-gesa akan menimbulkan rasa cemas dan
tekanan.
b. Masa anak pra sekolah (antara 2 sampai 7 tahun)
Pada usia ini sosialisasi mulai dijalankan dan telah tumbuh disiplin dan otoritas.
Hal-hal yang penting pada saat ini adalah :
[1] Hubungan orang tua – anak
Penolakan orang tua pada masa ini, yang mendalam atau ringan, akan menimbulkan rasa tidak
aman dan ia akan mengembangkan cara penyesuaian yang salah, dia mungkin menurut, menarik
diri atau malah menentang dan memberontak.
[1] Perlindungan yang berlebihan
Menunjukkan anak atau memaksakan kehendak/ mengatur dalam segala hal, mengakibatkan
kepribadian sianak tidak berkembang secara wajar waktu dewasa, memiliki krpribadian yang
mantap, cenderung mementingkan diri sendiri dan akibatnya kurang berhasil sebagai orang tua.
[1] Perkawinan tak harmonis dan kehancuran rumah tangga
Anak tidak mendapat kasih sayang. Tidak dapat menghayati disiplin tak ada panutan, pertengkaran
dan keributan membingungkan dan menimbulkan rasa cemas serta rasa tidak aman. hal-hal ini
merupakan dasar yang kuat untuk timbulnya tuntutan tingkah laku dan gangguan kepribadian pada
anak dikemudian hari.
[1] Otoritas dan Disiplin
Disiplin diberikan sesuai dengan kemampuan dan tingkat kematangan anak, diberikan dengan cara
yang baik, tegas dan konsisten, sehingga anak menerima sebagai hal yang wajar. Disiplin yang
diluar kemampuan sianak, dipaksakan, dengan cara yang keras dan kaku, menyebabkan anak akan
melawan memberontak atau menuntut berlebihan. Sebaliknya disiplin yang tidak tegas secara
mental, latihan yang keras, akan menyebabkan rasa cemas, rasa tidak aman dan kemudian hari
mungkin menjadi nakal, keras kepala dan selalu ingin kesempurnaan (perfeksionis).
[1] Perkembangan seksual
Pendekatan yang sehat, kesediaan untuk memberi jawaban secara jelas, terus terang, wajar dan
objektif terhadap masalah seksual pada anak akan mengembangkan sikap yang positif. Reaksi
orang tua yang menyebabkan anak menganggap sek adalah tabu, menjijikan, memalukan dan
sebagainya akan merupakan awal kesulitan seksual dikemudian hari.
[1] Agresi dan cara permusuhan
Merupakan hal yang wajar seorang anak akan mengembangkan pola-pola yang berguna.
Pengawasan yang berlebihan, menyebabkan anak akan mengekang, sehingga timbul tingkah laku
yang mengganggu. Agresi dan permusuhan yang diterima anak akan menyebabkan sikap defens
dan mau menag sendiri. Sedangkan sikap yang longgar akan menyebabkan anak menjadi nakal
dan terbiasa dengan perbuatan-perbuatan yang mengganggu ketertiban.
[1] Hubungan kakak-adik
Persaingan yang sehat antara adik – kakak merupakan hal yang wajar dan menjadi dasar untuk
tumbuh dan berkembang secara baik. Persaingan yang tidak sehat dan berlebihan (pilih kasih,
menghukun tanpa meneliti, prasangka, kompensasi berlebihan dan sebagainya) akan merupakan
dasar terbentuknya sifat –sifat yang merugikan. orang tua harus besikap dan menjadi penengah
bagi anak-abaknya. Jangan menjadi pendorong timbulnya persaingan tidak sehat ini.
[1] Kekecewaan dan pengalaman yang menyakitkan.
Kematian, kecelakaan, sakit berat, penceraian, perpindahan yang mendadak, kekecewaan yang
berlarut-larut dan sebagainya akan mempengaruhi perkembangan kepribadian, tapi juga
tergantung pada keadaan sekitarnya (orang, lingkungan atau suasana saat itu) apakah mendukung
atau mendorong dan juga tergantung pada pengalamannya dalam menghadapi masalah tersebut.
c. Masa Anak sekolah
Masa ini ditandai oleh pertumbuhan jasmaniah dan intelektual yang pesat. Pada masa ini, anak
mulai memperluas lingkungan pergaulannya. Keluar dari batas-batas keluarga.
Masalah-masalahn penting yang timbul :
[1] Perkembangan jasmani
Kekurangan atau cacat jasmaniah dapat menimbulkan gangguan penyesuaian diri. Dalam hal ini
sikap lingkungan sangat berpengaruh, anak mungkin menjadi rendah diri atau sebaliknya
melakukan komprensasi yang positif atau komprensasi negatif.
[1] Penyesuaian diri di sekolah dan sosialisasi
Sekolah adalah tempat yang baik untuk seorang anak mengembangkan kemampuan bergaul dan
memperluas sosialisasi, menguji kemampuan, dituntut prestasi, mengekang atau memaksakan
kehendaknya meskipun tak disukai oleh sianak.
d. Masa Remaja
Secara jasmaniah, pada masa ini terjadi perubahan-perubahan yang penting yaitu timbulnya tandatanda
sekunder (ciri-ciri diri kewanitaan atau kelaki-lakian)
Sedang secara kejiwaan, pada masa ini terjadi pergolakan pergolakan yang hebat. pada masa ini,
seorang remaja mulai dewasa mencoba kemampuannya, disuatu fihak ia merasa sudah dewasa
(hak-hak seperti orang dewasa), sedang dilain fihak belum sanggup dan belum ingin menerima
tanggung jawab atas semua perbuatannya.
Egosentrik bersifat menetang terhadap otoritas, senang berkelompok, idealis adalah sifat-sifat
yang sering terlihat. Suatu lingkungan yang baik dan penuh pengertian akan sangat membantu
proses kematangan kepribadian di usia remaja.
e. Masa Dewasa muda
Seorang yang melalui masa-masa sebelumnya dengan aman dan bahagia akan cukup memiliki
kesanggupan dan kepercayaan diri dan umumnya ia akan berhasil mengatasi kesulitan-kesulitan
pada masa ini. Sebaliknya yang mengalami banyak gangguan pada masa sebelumnya, bila
mengalami masalah pada masa ini mungkin akan mengalami gangguan-gangguan jiwa. Masalahmasalah
yang penting pada masa ini adalah :
[1] Hubungan dengan lawan jenis
Masa ini dimulai dari masa pacaran, menikah dan menjadi orang tua beberapa faktor yang
mungkin menyulitkan suatu perkawinan :
[1] Perasaan takut dan bersalah mengenai perkawinan dan kehamilan
[1] Perasaan takut untuk berperan sebagai orang tua ketidak sanggupan mempunyaai anak
[1] Perbedaan harapan akan berperan masing-masing (tak ada penyesuaian baru dalam tingkah
laku / berpikir)
[1] Masalah-masalah keuangan
[1] Gangguan-gangguan dari keluarga
[1] Pemilihan dan penyesuaian pekerjaan
Pekerjaan sebaiknya dipilih berdasar bakat dan minat sendiri pemilihan yang semata-mata dipaksa
/ disuruh / kompensasi atau karena “kesempatan dan kemudahan” sering mempermudah gangguan
penyesuaian dalam pekerjaan. Gangguan berupa rasa malas, sering bolos, timbul bermacam
keluhan jasmani (sering sakit) sering mengalami kecelakaan dalam pekerjaan dan terlihat
ketegangan-ketegangan dalam keluarga karena jadi pemarah dan mudah tersinggung.
f. Masa dewasa tua
Sebagai patokan masa ini dicapai kalau status pekerjaan dan sosial seseorang sudah mantap.
Masalah-masalah yang mungkin timbul :
[1] Menurunnya keadaan jasmaniah
[1] Perubahan susunan keluarga (berumah tangga, bekerjan) maka orang tua sering kesepian
[1] Terbatasnya kemungkinan perubahan-perubahan yang baru dalam bidang pekerjaan atau
perbaikan kesalahan yang lalu.
[1] Penurunan fungsi seksual dan reproduksi,
Sebagian orang berpendapat perubahan ini sebagai masalah ringan seperti rendah diri. pesimis.
Keluhan psikomatik sampai berat seperti murung, kesedihan yang mendalam disertai
kegelisahan hebat dan mungkin usaha bunuh diri.
g. Masa Tua
Ada dua hal yang penting yang perlu diperhatikan pada masa ini
Berkurangnya daya tanggap, daya ingat, berkurangnya daya belajar, kemampuan jasmaniah dan
kemampuan sosial ekonomi menimbulkan rasa cemas dan rasa tidak aman serta sering
mengakibatkan kesalah pahaman orang tua terhadap orang dilingkungannya.Perasaan terasing
karena kehilangan teman sebaya keterbatasan gerak dapat menimbulkan kesulitan emosional yang
cukup hebat.
18. Sebab sosio kultural
Kebudayaan secara teknis adalah ide atau tingkah laku yang dapat dilihat maupun yang tidak
terlihat. Faktor budaya bukan merupakan penyebab langsung menimbulkan gangguan jiwa,
biasanya terbatas menentukan “warna” gejala-gejala. Disamping mempengaruhi pertumbuhan dan
perkembangan kepribadian seseorang misalnya melalui aturan-aturan kebiasaan yang berlaku
dalam kebudayaan tersebut. Beberapa faktor-faktor kebudayaan tersebut :
[1] Cara-cara membesarkan anak
Cara-cara membesarkan anak yang kaku dan otoriter , hubungan orang tua anak menjadi kaku dan
tidak hangat. Anak-anak setelah dewasa mungkin bersifat sangat agresif atau pendiam dan tidak
suka bergaul atau justru menjadi penurut yang berlebihan.
[1] Sistem Nilai
Perbedaan sistem nilai moral dan etika antara kebudayaan yang satu dengan yang lain, antara masa
lalu dengan sekarang sering menimbulkan masalah-masalah kejiwaan. Begitu pula perbedaan
moral yang diajarkan dirumah / sekolah dengan yang dipraktekkan di masyarakat sehari-hari.
Kepincangan antar keinginan dengan kenyataan yang ada
Iklan-iklan diradio, televisi. Surat kabar, film dan lain-lain menimbulkan bayangan-bayangan yang
menyilaukan tentang kehidupan modern yang mungkin jauh dari kenyataan hidup sehari-hari.
Akibat rasa kecewa yang timbul, seseorang mencoba mengatasinya dengan khayalan atau
melakukan yang merugikan masyarakat.
Ketegangan akibat faktor ekonomi dan kemajuan teknologi
Dalam masyarakat modern kebutuhan makin meningkat dan persaingan makin meningkat dan
makin ketat untuk meningkatkan ekonomi hasil-hasil teknologi modern. Memacu orang untuk
bekerja lebih keras agar dapat memilikinya.
Jumlah orang yang ingin bekerja lebih besar dari kebutuhan sehingga pengangguran meningkat,
demikian pula urbanisasi meningkat, mengakibatkan upah menjadi rendah. Faktor-faktor gaji yang
rendah, perumahan yang buruk, waktu istirahat dan berkumpul dengan keluarga sangat terbatas
dan sebagainya merupakan sebagian mengakibatkan perkembangan kepribadian yang abnormal.
Perpindahan perpindahan kesatuan keluarga
Khusus untuk anak yang sedang berkembang kepribadiannya, perubahan-perubahan lingkungan
(kebudayaan dan pergaulan). Hal ini cukup mengganggu.
Masalah golongan minoritas
Tekanan-tekanan perasaan yang dialami golongan ini dari lingkungan dapat mengakibatkan rasa
pemberontakan yang selanjutnya akan tampil dalam bentuk sikap acuh atau melakukan tindakantindakan
akan yang merugikan orang banyak.
B. PROSES PERJALANAN PENYAKIT ;
Gejala mulai timbul biasanya pada masa remaja atau dewasa awal sampai dengan umur
pertengahan dengan melalui beberapa fase antara lain :
1. Fase Prodomal
[1] Berlangsung antara 6 bula sampai 1 tahun
[1] Gangguan dapat berupa Self care, gangguan dalam akademik, gangguan dalam pekerjaan,
gangguan fungsi sosial, gangguan pikiran dan persepsi.
2. Fase Aktif
[1] Berlangsung kurang lebih 1 bulan
[1] Gangguan dapat berupa gejala psikotik; Halusinasi, delusi, disorganisasi proses berfikir,
gangguan bicara, gangguan perilaku, disertai kelainan neurokimiawi
3. Fase Residual
[1] Kien mengalami minimal 2 gejala; gangguan afek dan gangguan peran, serangan biasanya
berulang.
C. TAHAPAN HALUSINASI DAN DELUSI YANG BIASA MENYERTAI GANGGUAN
JIWA
Menurut Janice Clack,1962 klien yang mengalami gangguan jiwa sebagian besar disertai
Halusinasi dan Delusi yang meliputi beberapa tahapan antara lain :
1. Tahap Comforting :
Timbul kecemasan ringan disertai gejala kesepian, perasaan berdosa, klien biasanya
mengkompensasikan stressornya dengan coping imajinasi sehingga merasa senang dan terhindar
dari ancaman.
2. Tahap Condeming :
Timbul kecemasan moderate , cemas biasanya makin meninggi selanjutnya klien merasa
mendengarkan sesuatu, klien merasa takut apabila orang lain ikut mendengarkan apa-apa yang ia
rasakan sehingga timbul perilaku menarik diri (With drawl)
3. Tahap Controling :
Timbul kecemasan berat, klien berusaha memerangi suara yang timbul tetapi suara tersebut terusmenerus
mengikuti, sehingga menyebabkan klien susah berhubungan dengan orang lain. Apabila
suara tersebut hilang klien merasa sangat kesepian/sedih.
4. Tahap Conquering :
Klien merasa panik , suara atau ide yang datang mengancam apabila tidak diikuti perilaku klien
dapat bersipat merusak atau dapat timbul perilaku suicide.
D. PSIKOPATOLOGI DAN PATOFISIOLOGI
Perubahan-perubahan apakah yang terjadi pada susunan saraf pusat (otak) pasien skizofrenia ?
Penelitian mutakhir menyebutkan bahwa perubahan-perubahan pada neurotransmiter dan resptor di
sel-sel saraf otak (neuron) dan interaksi zat neurokimia dopamin dan serotonin, ternyata
mempengaruhi alam pikir, perasaan, dan perilaku yang menjelma dalam bentuk gejala-gejala positif
dan negatif skizofrenia.
Selain perubahan-perubahan yang sifatnya neurokimiawi di atas, dalam penelitian dengan
menggunakan CT Scan otak, ternyata ditemukan pula perubahan pada anatomi otak pasien, terutama
pada penderita kronis. Perubahannya ada pada pelebaran lateral ventrikel, atrofi korteks bagian depan,
dan atrofi otak kecil (cerebellum).
REFERENSI
Budi Ana Keliat, Peran Serta Keluarga Dalam Perawatan Klien Gangguan Jiwa, Buku Kedokteran,
1992
Antai Otong Deborah (1995). Psychiatric Nursing. Philadelphia : W.B. Company
Gestrude K. Mc. Farland (1991). Psychiatric Mental Health Nursing. Philadelphia : J. B. Lippincot Company
W.E., Maramis, Ilmu Kedokteran Jiwa, Airlangga Press, Surabaya, 1990
John Santrock, Psychology The Sciences of Mind and behavior, University of dallas, Brown Publiser , 1999
Hunsberg and Abderson (1989). Psychiatric Mental Health Nursing, Philadelphia : W.B. Saunders Company.
Clinton and Nelson, Mental Health Nursing Practice, Prentice hall Australia, Pty Ltd. 1996
Stuart Sundeen, Pocket Guide to Psychiatric Nursing, Mosby year 1995
Stuart Sundeen, Psychiatric Nursing, Mosby year, 1995
Antai otong (1994) Psychiatric Nursing : Biological and Behavioral Concepts. Philadelpia: W B Saunders
Company
Lefley (1996). Family Caregiving in Mental Illness. London : SAGE Publication
Maccoby, E, 1980, Social Development, Psychological Growth and the Parent Child Relationship, Harcourt
Jovanovich, Newyork
Stuart GW Sundeen, 1995, Principle and practice of Psychiatric Nursing, Mosby Year Book, St. Louis, ,
Hurlock, 1999, Psikologi Perkembangan, Erlangga, Jakarta
PROSES TERJADINYA GANGGUAN JIWA
Oleh :
Iyus yosep, SKp., MSi
Mengetahui
Kepala Bagian Keperawatan Jiwa
Suryani, SKp., MHSc.
DISAMPAIKAN PADA :
PENYULUHAN KESEHATAN JIWA DAN BAHAYA NAPZA
DI DESA LEGOK KIDUL KECAMATAN PASEH
KABUPATEN SUMEDANG
20 JANUARI 2008